Guys, pernah kah kalian berkunjug ke Rumah Sakit??? Pernahkan kalian memperhatikan hal - hal kecil contohnya jalur evakuasi, tanda petunjuk jalan, larangan - larangan atau bagaimana sikap para petugasnya? Suatu waktu saya berkunjung ke sebuah Rumah Sakit untuk memeriksakan kondisi kesehatan saya. Karena antrian yang begitu lama, akhirnya saya menjadi sosok pengamat yang mendetail terhadap setiap hal yang terjadi di sekitar saya.
Pandangan saya tertuju pada seorang ibu muda dan anaknya yang baru berusia 3 tahun duduk di seberang saya. Karena Rumah Sakit yang saya kunjungi termasuk Rumah Sakit elit maka tidak jauh dari tempat saya duduk terdapat eskalator. Kalian pasti tahu, bagaimana polah tingkah anak berusia 3 tahun. Anak itu lari kesana kemari, dan nampak sang ibu sudah mulai kelelahan untuk mengikutinya. Benar saja satu waktu sang ibu lengah, telepon genggam nya nampak berdering dan dia sibuk mencari di dalam tas. Seketika sang anak berlari menuju ke eskalator. Apa yang ada dalam pikiran saya? sungguh sangat buruk. Saya sudah membayangkan akan muncul adegan macam di video - video viral " detik - detik balita terjatuh dari lantai 2" atau "eskalator kembali memakan korban". Rasa nya ingin berteriak tapi suara itu tercegat di tenggorakan saya.
Kisah ini berakhir dengan munculnya tokoh heroik, berseragam, yang langsung menggendong anak umur 3 tahun tadi dan memberikan anak tersebut pada ibu nya. Lega rasanya saya, tidak jadi menjadi saksi mata kejadian menyeramkan. Tokoh berseragam tadi bukan lah security ataupun pihak keamanan Rumah Sakit. Dia adalah petugas rekam medis yang kebetulan lewat di area tersebut karena harus mengantar beberapa berkas ke ruangan pemeriksaan yang ada. "Wah,baik sekali bapak tadi." itu yang ada di dalam pikiran saya. Tapi ternyata kepedulian yang baru saja saya lihat bukan kebetulan semata.
Mulai dari hal kecil, ketika ada pengunjung lain tidak sengaja menumpahkan milktea yang dibawanya. Petugas administrasi dengan segera memasang penanda lantai basah dan segera menelpon (entah kemana) yang jelas tidak lama kemudian petugas kebersihan datang membawa semua perlengkapan nya dan membersihkan tempat tersebut. Sebuah respon yang cepat dan sungguh luar biasa. Singkat cerita selesailah acara periksa memeriksa kesehatan saya. Keluar dari area Rumah Sakit saya membaca tulisan " Budayakan Keselamatan Pasien". Seketika saya tergelitik untuk tahu lebih dalam tentang hal tersebut terkait pengalaman yang saya dapati sore ini.
Budaya Keselamatan pasien merupakan hal yang mendasar di dalam pelaksanaan keselamatan di rumah sakit. Rumah sakit harus menjamin penerapan keselamatan pasien pada pelayanan kesehatan yang diberikannya kepada pasien (Fleming & Wentzel, 2008). Upaya dalam pelaksanaan keselamatan pasien diawali dengan penerapan budaya keselamatan pasien (KKP-RS, 2008). Hal tersebut dikarenakan berfokus pada budaya keselamatan akan menghasilkan penerapan keselamatan pasien yang lebih baik dibandingkan hanya berfokus pada program keselamatan pasien saja (El-Jardali, Dimassi, Jamal, Jaafar, & Hemadeh, 2011).
Budaya keselamatan pasien merupakan pondasi dalam usaha penerapan keselamatan pasien yang merupakan prioritas utama dalam pemberian layanan kesehatan (Disch, Dreher, Davidson, Sinioris, & Wainio, 2011; NPSA, 2009). Pondasi keselamatan pasien yang baik akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan. Penerapan budaya keselamatan pasien yang adekuat akan menghasilkan pelayanan keperawatan yang bermutu. Pelayanan kesehatan yang bermutu tidak cukup dinilai dari kelengkapan teknologi, sarana prasarana yang canggih dan petugas kesehatan yang profesional, namun juga ditinjau dari proses dan hasil pelayanan yang diberikan (Ilyas, 2004). Rumah sakit harus bisa memastikan penerima pelayanan kesehatan terbebas dari resiko pada proses pemberian layanan kesehatan (Cahyono, 2008; Fleming & Wentzel, 2008).
Pandangan saya tertuju pada seorang ibu muda dan anaknya yang baru berusia 3 tahun duduk di seberang saya. Karena Rumah Sakit yang saya kunjungi termasuk Rumah Sakit elit maka tidak jauh dari tempat saya duduk terdapat eskalator. Kalian pasti tahu, bagaimana polah tingkah anak berusia 3 tahun. Anak itu lari kesana kemari, dan nampak sang ibu sudah mulai kelelahan untuk mengikutinya. Benar saja satu waktu sang ibu lengah, telepon genggam nya nampak berdering dan dia sibuk mencari di dalam tas. Seketika sang anak berlari menuju ke eskalator. Apa yang ada dalam pikiran saya? sungguh sangat buruk. Saya sudah membayangkan akan muncul adegan macam di video - video viral " detik - detik balita terjatuh dari lantai 2" atau "eskalator kembali memakan korban". Rasa nya ingin berteriak tapi suara itu tercegat di tenggorakan saya.
Kisah ini berakhir dengan munculnya tokoh heroik, berseragam, yang langsung menggendong anak umur 3 tahun tadi dan memberikan anak tersebut pada ibu nya. Lega rasanya saya, tidak jadi menjadi saksi mata kejadian menyeramkan. Tokoh berseragam tadi bukan lah security ataupun pihak keamanan Rumah Sakit. Dia adalah petugas rekam medis yang kebetulan lewat di area tersebut karena harus mengantar beberapa berkas ke ruangan pemeriksaan yang ada. "Wah,baik sekali bapak tadi." itu yang ada di dalam pikiran saya. Tapi ternyata kepedulian yang baru saja saya lihat bukan kebetulan semata.
Mulai dari hal kecil, ketika ada pengunjung lain tidak sengaja menumpahkan milktea yang dibawanya. Petugas administrasi dengan segera memasang penanda lantai basah dan segera menelpon (entah kemana) yang jelas tidak lama kemudian petugas kebersihan datang membawa semua perlengkapan nya dan membersihkan tempat tersebut. Sebuah respon yang cepat dan sungguh luar biasa. Singkat cerita selesailah acara periksa memeriksa kesehatan saya. Keluar dari area Rumah Sakit saya membaca tulisan " Budayakan Keselamatan Pasien". Seketika saya tergelitik untuk tahu lebih dalam tentang hal tersebut terkait pengalaman yang saya dapati sore ini.
Budaya Keselamatan pasien merupakan hal yang mendasar di dalam pelaksanaan keselamatan di rumah sakit. Rumah sakit harus menjamin penerapan keselamatan pasien pada pelayanan kesehatan yang diberikannya kepada pasien (Fleming & Wentzel, 2008). Upaya dalam pelaksanaan keselamatan pasien diawali dengan penerapan budaya keselamatan pasien (KKP-RS, 2008). Hal tersebut dikarenakan berfokus pada budaya keselamatan akan menghasilkan penerapan keselamatan pasien yang lebih baik dibandingkan hanya berfokus pada program keselamatan pasien saja (El-Jardali, Dimassi, Jamal, Jaafar, & Hemadeh, 2011).
Budaya keselamatan pasien merupakan pondasi dalam usaha penerapan keselamatan pasien yang merupakan prioritas utama dalam pemberian layanan kesehatan (Disch, Dreher, Davidson, Sinioris, & Wainio, 2011; NPSA, 2009). Pondasi keselamatan pasien yang baik akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan. Penerapan budaya keselamatan pasien yang adekuat akan menghasilkan pelayanan keperawatan yang bermutu. Pelayanan kesehatan yang bermutu tidak cukup dinilai dari kelengkapan teknologi, sarana prasarana yang canggih dan petugas kesehatan yang profesional, namun juga ditinjau dari proses dan hasil pelayanan yang diberikan (Ilyas, 2004). Rumah sakit harus bisa memastikan penerima pelayanan kesehatan terbebas dari resiko pada proses pemberian layanan kesehatan (Cahyono, 2008; Fleming & Wentzel, 2008).
Penerapan keselamatan pasien di rumah sakit dapat mendeteksi resiko yang akan terjadi dan meminimalkan dampaknya terhadap pasien dan petugas kesehatan khususnya perawat. Penerapan keselamatan pasien diharapkan dapat memungkinkan perawat mencegah terjadinya kesalahan kepada pasien saat pemberian layanan kesehatan di rumah sakit. Hal tersebut dapat meningkatkan rasa aman dan nyaman pasien yang dirawat di rumah sakit (Armellino, Griffin, & Fitzpatrick, 2010). Pencegahan kesalahan yang akan terjadi tersebut juga dapat menurunkan biaya yang dikeluarkan pasien akibat perpanjangan masa rawat yang mungkin terjadi (Kaufman & McCughan, 2013). Pelayanan yang aman dan nyaman serta berbiaya rendah merupakan ciri dari perbaikan mutu pelayanan. Perbaikan mutu pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan memperkecil terjadinya kesalahan dalam pemberian layanan kesehatan. Penerapan budaya keselamatan pasien akan mendeteksi kesalahan yang akan dan telah terjadi (Fujita et al., 2013; Hamdan & Saleem, 2013). Budaya keselamatan pasien tersebut akan meningkatkan kesadaran untuk mencegah error dan melaporkan jika ada kesalahan (Jeffs, Law, & Baker, 2007). Hal ini dapat memperbaiki outcome yang dihasilkan oleh rumah sakit tersebut yaitu pelayanan yang membuat rumah sakit tersebut menjadi pilihan utama pasien - pasien nya.
Lalu bagaimana dengan beberapa Rumah Sakit yang belum mencapai budaya keselamatan pasien dengan optimal? Ada beberapa faktor yang menajdi penyebab kenapa budaya keselamatan pasien belum benar-benar diterapkan di berbagai rumah sakit. Pertama, rendahnya tingkat kepedulian petugas kesehatan terhadap pasien, hal ini bisa dilihat dengan masih ditemukannya kejadian diskriminasi yang dialami oleh pasien terutama dari masyarakat yang tidak mampu. Kedua, beban kerja petugas kesehatan yang masih terlampaui berat terutama perawat. Perawatlah yang bertanggung jawab terkait asuhan keperawatan kepada pasien sedangkan disisi lain masih ada rumah sakit yang memiliki keterbatasan jumlah perawat yang menjadikan beban kerja mereka meningkat. Selain perawat, saat ini di Indonesia juga masih kekurangan dokter terutama dokter spesialis serta distribusi yang tidak merata. Ini berdampak pada mutu pelayanan yang tidak sama di setiap rumah sakit.
Ketiga, orientasi pragmatisme para petugas kesehatan yang saat ini masih melekat disebagian petugas kesehatan. Masih ditemukan para petugas kesehatan yang hanya berorientasi untuk mencari materi atau keuntungan semata tanpa mempedulikan keselamatan pasien. Keempat, lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh unit terkait contohnya Dinas Kesehatan terhadap para petugas kesehatan. Lemahnya pengawasan sendiri dikarenakan beberapa faktor mulai dari terbatasnya personel yang dimiliki dinas kesehatan sampai rendahnya bargaining position Dinas Kesehatan. Kondisi ini sudah mulai diatasi dengan adanya ketentuan akreditasi Rumah Sakit. Akreditasi Rumah Sakit secara nasional dibawah lembaga independen Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) maupun secara internasional diabwah lembaga Join Commintee International (JCI). Mengharuskan Rumah Sakit memiliki standart mutu pelayanan yang baik salah satunya adalah Budaya Keselamatan Pasien.
Huwaaaa.... jadi belajar banyak sore ini tentang Budaya Keselamatan Pasien. Jadi kalau berkunjung ke Rumah Sakit kita harus patuh sama peraturan yang diterapkan. Bukan untuk mempersulit kita sebagai pengunjung, tapi demi keselamatan kita juga.