Rabu, 12 Maret 2014

Merawat, bukan hal yang mudah

Sebagai lulusan jurusan keperawatan, mendengar kata - kata merawat sudah bukan hal yang asing lagi di telinga. Merawat sudah hampir menjadi makanan sehari - hari, seolah menjadi bagian nadi yang terus berdenyut bersama dengan puluhan materi yang diajarkan para dosen kala itu. Merawat itu suatu seni karena tidak semua orang punya cara dan traetment yang sama dalam memberikan perawatan. Merawat berbeda dengan membuat pembukuan atau laporan administrasi tentunya. Karena merawat dalam konsep ini adalah memberikan suatu perhatian khusus pada mahkluk hidup khususnya manusia. Mahkluk yang punya rasa dan karsa sehingga tidak mudah memperlakukannya.
Melihat obyek yang dirawat adalah manusia, yang punya karakter dan harapan yang berbeda antara satu dengan yang lain. seorang yang merawat atau biasa disebut perawat (bukan perawat hewan atau tanaman,lho) harus menyadari bahwa orang yang ia rawat memiliki sisi bio,psiko, cultural dan spiritual yang harus diperhatikan. Terlebih bila sudah membicarakan ini dalam ranah pelayanan kesehatan dimana ada biaya yang dikeluarkan sehingga tuntutan dan harapan dari pihak yang dirawat pun menjadi tinggi.
Merawat sebenarnya muncul dari insting keibuan, itu sebabnya pada masa yang dulu perawat sering di dominasi para wanita. Karena dianggap memiliki rasa kepedulian dan mengerti secara alami kebutuhan orang - orang yang dirawat. Namun konsep ini lama kelamaan berkembag dan menajdi sebuah ilmu baru yang berdasar pada ilmu kesehatan. Aspek dari merawat sendiri tidak terbatas, semua lini dan bidang kehidupan sebenarnya dapat tersentuh olehnya. Kalau dulu merawat hanya berpusat pada fase penyembuhan saja atau setelah terjadinya masalah kesehatan. Kini paradigmanya sedikit berubah bahwa merawat juga masuk dalam lini mencegah sebelum terjadinya masalah kesehatan.
Merawat itu mudah??? saya rasa tidak. Coba tanya pada seorang ibu yang sedang merawat anaknya. Pasti dia akan bercerita panjang lebar tentang pengalamannya dan kondisi anaknya yang tidak jarang membuatnya ingin  menyerah. Merawat bukan hanya memberikan makan dan minum tapi juga memenuhi kebutuhan secara menyeluruh termasuk kebutuhan emosional. Hal ini yang kini sulit dicapai, jangan kan anatara perawat dengan pasiennya, antara ibu dengan anaknya saja jaman ini begitu sulit. Bayangkan berapa anak yang lebih memiliki keterikatan emosional dengan nenek nya ketimbang ibu nya. Lebih parahnya lagi berapa anak sekarang yang lebih memiliki keterikatan batin dengan pembantu, baby siste atau "embak" nya ketimbang dengan ibunya. Itulah kenapa merawat itu tidak semudah membalikan telapak tangan.
Lihat juga fenomena, ketika orang tua mulai renta dan sakit - sakitan. Sebenarnya bukan kamar rumah sakit yang paling mahal, dengan perawat berstandart internasional dan fasilitas modern serta canggih yang mereka harapkan. Anak - anak atau orang - orang terkasih yang ada disekitar mereka merawat dan memberikan dukungan emosional itu yang lebih mereka butuhkan. Namun hal itu lah yang sering kita di jaman globalisasi dan serba cepat ini lupakan. Kita pikir teknologi dapat menggantikan kehadiran kita. Parahnya keberadaan kita dianggap sebanding dengan banyaknya angka nol yang berjajar pada jumlah dana di rekening mereka.
Merawat itu tidak mudah, karena ketika kita merawat kita menumbuhkan kembali rasa dicintai, rasa disayangi dan rasa diperhatikan . hal - hal yang sepele tapi sudah sangat sulit ditemukan di masa sekarang ini. Bagaimana membina hubungan simpati dengan pasien itu hanya sebatas teori dan faktanya beban hidup kita lebih penting ketimbang itu semua. Ingat merawat itu "mother instight". Merawat adalah suatu wujud nyata dari rasa peduli yang ditunjukan dengan sikap yang tepat. Andai saja setiap perawat menyadari apa itu merawat dengan baik tentu tidak akan ada image di masyarakat tentang perawat yang galak atau perawat yang cuek. Dan sikap baik yang ditunjukan bukan hanya sebatas tuntutan kerja namun benar - benar sebuah pancaran kasih dari dalam diri yang diwujudkan dengan perhatian kepada sesama.