Selasa, 24 Desember 2013

Save Our Body



Well guys… belakangan ini saya merasa prihatin dengan sikap dan prilaku sebagian atau malah kebanyakan orang. Manusia itu diciptakan sebagai mahkluk yang paling sempurna. Jadi sebenarnya apapun bentuk tubuh kita, ada tidaknya kelainan atau pun cacat kita diciptakan dengan sempurna. Itu artinya kita harus mensyukuri tubuh yang Tuhan berikan. Dan menurut hemat saya caranya sungguh mudah , yaitu dengan menjaga tubuh ini tetap sehat.
Polisi sedang gencar melalukan rasia terutama polentas. Bagi para pengendara kendaraan khususnya roda dua diwajibkan menyalakan lampu utama baik pagi, siang, sore maupun malam hari, menggunakan spion standart, membawa surat – surat yang lengkap dan memakai helm SNI. Banyak teman maupun tetangga saya sering bilang “ayo pake helm, nanti kena tilang polisi lho”. Padahal helm selain untuk mencegah cidera pada area kepala kita juga berguna untuk menjaga kesehatan di area kepala. Helm ini menjaga agar kepala kita tidak langsung berbenturan dengan angin terutama saat kendaraan yang kita naiki melaju dengan kencang. Karena benturan angin yang kencang secara terus menerus pada wajah akan menyebabkan beel palsy atau semacam rasa baal, kebas dan tebal pada muka efek jangka panjangnya adalah kelumpuhan syaraf perifer di wajah kita. Pada mata kan menyababkan pandangan kabur dan ketulian pada telinga. Belum lagi kalau kita nggak pake helm sambil ngobrol terus ada entah lebah, belalang atau kumbang bisa saja masuk ke dalam mulut kita. Beuh, tambah vitamin aja nie.
Bulan desember, kata orang jawa ini adalah bulan “geDE – gede ning SuMBER”. Dan memang benar sumber air alias hujan memang sedang gede – gedenya. Buat pengusaha laundry bulan – bulan seperti ini adalah bulan berkah. Karena banyak cucian nggak kering, jadi banyak orang yang memilih melaundry kan bajunya. Dan jadi bulan yang penuh rejeki buat penjual jas hujan. Kenapa tidak, bagi mereka yang biasa beraktivitas dengan kendaraan roda dua pasti jas hujan menjadi penolong saat harus menerobos jalan dengan air yang terus menerus mengguyur. Tapi sebagian orang, biasanya anak remaja sih lebih senang naik montor sambil hujan – hujanan jadi lebih dramatis. Apalagi bagi mereka yang sedang memadu kasih, boncengan bersama saat hujan itu romantis katanya.
Kemarin sore, cuaca di kota tempat ku tinggal cukup dingin. Dari pagi tidak ada cahaya matahari, mendung menggantung mewarnai hari. Pada waktu pulang dan beranjak menjemput ibu ke tempat kerjanya langit makin suram saja. Baru masuk pintu parker air hujan sudah menetes, pelan – pelan dan semakin sering. Langsung tancap gas sampai di depan jalan yang pemiliki kanopi,biasanya disana aku menjemput ibu. Begitu ibu menghampiriku tanpa tunggu komando aku langsung membuka bagasi dan mengeluarkan 2 stel jas hujan, untuk ku dan ibu. Hujan makin deras, namun mengingat hari yang makin sore kami terobos hujan. Tapi bukan itu masalah utamanya sobat – sobat sekalian.
Saat kami melintasi jalan montor kami disalip oleh orang yang berboncengan naik Honda CBR warna merah. Mereka pakai helm, namun tidak memakai jaket apalagi jas hujan. Mereka melaju di depanku dan satu hal yang menarik pandanganku. Sang pemboceng adalah cewek mungkin usianya 20 tahunnya. Dengan rambut berwarna coklat semu kemerahan yang dibiarkan terurai bebas. Dia memakai blazer hitam namun sepertinya dia tidak memakai dalaman. Tubuhnya langsing, namun karena model blazer dan montor yang dinaiki jok nya nungging alias meninggi kebelakang ditambah angin yang bertiup kencang membuat bagian belakang bajunya membuka. Kalau dalam bahasa jawa “ nyingkap” sehingga dari atas pantat sampai hamper setengah punggungnya terekspose.
kira - kira boncengannya kayak gini

Lumayan lah, jadi obat ngantuk untuk para pengendara lain dibelakangnya. Toh, kulit si cewek ini putih mulus. Namun pada waktu itu hujan cukup deras, saya justru kasian padanya. Mungkin memang belazer yang dia pakai sedang trend. Beberapa waktu sebelumnya saya sering liat blazer model seperti itu dijajakan di lapak on-line shop dengan trade mark “blazer korea”. Tidak kalah dengan sang cewek cowok yang memboncengkan hanya memakai kaos dan celana pendek jeans. Mungkin menurut mereka dandanan mereka gaya, dengan body tubuh yang demikian serta montor yang keren. Hal tersebut malah membuat saya iba, dengan tubuh yang baik yang Tuhan beri kenapa tidak mereka jaga.
Saya yang naik montor, sudah pake jaket kulit, celana jenas panjang dan di rangkap dengan jas hujan personal (setelan jas hujan baju dan celana) saja masih merasakan dingin. Sampai rumah langsung ganti baju dan mencari air hangat. Untuk menghangatkan badan, lalu bagaimana dengan mereka. Dan saya bisa pastikan mereka tidak melaju dengan pelan. Saya saja ada  dibelakang mereka dengan kecepatan 70 km/jam. Bisa dibayangkan seberapa besar tekanan angin dan air hujan yang langsung mengenai tubuh mereka (ingat pelajaran fisika jaman SMP dulu). Ketika hujan dan kita malaju dengan kencang, bukankah air hujan yang jatuh mengenai tubuh kita jadi terasa perih, seperti dilempar kerikil – kerikil kecil ke tubuh. Itu yang saya rasakan ketika menerobos hujan, dan air hujan mengenai punggung telapak tangan saya.
So, guys… mensyukuri tubuh yang Tuhan beri bukan hanya dengan memuji atau menunjukan keindahannya saja. Menjaganya adalah hal yang lebih penting untuk kita lakukan. Karena dengan menjaga tubuh ini tetap sehat maka kita juga dapat menggunakan tubuh ini untuk berbuat banyak manfaat bagi sesame.

Semarang, 25 Desember 2013

Rabu, 18 Desember 2013

Move On !

Coba mencari makna kata move on dalam kamus bahasa inggris dan menemukan bahwa arti dari verb tersebut adalah terus maju atau terus berjalan. Yap, akhir - akhir ini kata itu menjadi sangat populer karena berkembang dengan pesat terutama di media sosial macam twitter, facebook, what's up, we chat dan rekan - rekan nya. Bukan hanya di kalangan anak muda kata ini sering digunakan, pada kaum usia dewasa bahkan lansia pun sangat familiar dengan kata ini.
"Sudahlah jangan terlalu dipikirkan, ente harus move on brother." itu cuplikan obrolan yang sempat saya dengar keluar dari mulut seorang bapak paruh baya dalam percakapan dengan telepon selulernya di kantin beberapa waktu lalu. Sempat merasa kalah gaul dengan bapak tersebut tapi itulah yang terjadi sekarang.

Move on, kata ini sering dikaitkan dengan masalah cinta anak muda. Pada beberapa pasangan yang putus cinta dan terlalu lama larut dalam kesedihannya sering sekali disebut "susah move on". Seolah kata ini melambangkan bagaimana seorang bisa terus survive dan meneruskan hari - hari nya setelah mengalami satu pengalaman yang seolah membuat diri harus menyerah pada keadaan. Kata ini juga sering digunakan untuk menggambarkan ketika kita mampu bangkit dari kegaulan hati kita.

Lalu kenapa kata ini menjadi begitu menarik dan menjadi judul posting pertama saya dalam blog ini. Hidup kadang tidak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan. Seringkali kita mendapatkan kenyataan yang begitu bertentangan dengan mimpi dan keinginan kita. Tidak jarnag kita juga berada dalam titik yang begitu menjanuhkan. Hari - hati yang penuh dengan rutinitas yang selalu berulang dan terus berulang setiap harinya. Tugas dan pekerjaan yang terus menumpuk seakan tiada selesainya dan sering dalam titik ini kita justru larut dalam euforia kemalasan bangkit dari keadaan. Merasa jenuh dan bosan namun menikmati dan  tidak mampu bangun dan mengusahakan satu kondisi yang lebih baik.

Diakui atau tidak, saya secara pribadai pernah berada dalam kondisi seperti di atas. Itulah untuk bangkit dan berdiri kembali menantang ahri dan tidak terkotakan dalam satu rutinitas. Mencoba mensyukuri dan menikmati setiap harii yang Tuhan beri. Dengan move on, beranjak dari titik nyaman yang melumpuhkan kreatifitas dan perfprma dalam hidup. Maaf, kalau bahasanya agak berlebihan karena memang mendapatkan kata - kata itu yang sangat pas untuk mendeskripsikan berbagai pikiran yang hanya bisa berputar - putar di dalam kepala.

Iya, bangkit dan mencoba mengeksplore isi pikiran. Berharapa bisa menjadi satu bagian yang mampu dikeluarkan dan tidak menyumbat pikiran sehingga menajdi tumpul dan tidak produktif lagi. Tentu sebagian dari  kita masih ingat analogi pisau, yang bila tidak pernah digunakan maka akan menjadi tumpul. Mencoba mendayagunakan fasilitas yang ada untuk terus bergerak dan tidak pernah diam dalam satu titik. "Karena stagnasi hanya untuk orang mati" .  Jika boleh mengkaitkan antara move on dengan potongan ungkapan diatas maka bila kita tidak mampu move on atau bergerak dari kondisi yang kita alami sekarang berarti kita ada di dalam kematian. Karena ketika kita tidak mampu move on maka kita sedang berada dalam stagnasi.
Mungkin kita tidak mati secara biologis atau fisik, namun mungkin rohani kita yang mati, perasaan kita yang mati, kreatifitas kita yang mati, semangat kita yang mati atau mungkin motivasi kita yang mati.

Disinilah kita berdiri antara pilihan untuk bergerak "move on" atau diam di tempat, putus asa dan pasrah pada kondisi yang ada.