Well guys…
belakangan ini saya merasa prihatin dengan sikap dan prilaku sebagian atau
malah kebanyakan orang. Manusia itu diciptakan sebagai mahkluk yang paling
sempurna. Jadi sebenarnya apapun bentuk tubuh kita, ada tidaknya kelainan atau
pun cacat kita diciptakan dengan sempurna. Itu artinya kita harus mensyukuri
tubuh yang Tuhan berikan. Dan menurut hemat saya caranya sungguh mudah , yaitu
dengan menjaga tubuh ini tetap sehat.
Polisi sedang
gencar melalukan rasia terutama polentas. Bagi para pengendara kendaraan
khususnya roda dua diwajibkan menyalakan lampu utama baik pagi, siang, sore
maupun malam hari, menggunakan spion standart, membawa surat – surat yang
lengkap dan memakai helm SNI. Banyak teman maupun tetangga saya sering bilang “ayo
pake helm, nanti kena tilang polisi lho”. Padahal helm selain untuk mencegah
cidera pada area kepala kita juga berguna untuk menjaga kesehatan di area
kepala. Helm ini menjaga agar kepala kita tidak langsung berbenturan dengan
angin terutama saat kendaraan yang kita naiki melaju dengan kencang. Karena benturan
angin yang kencang secara terus menerus pada wajah akan menyebabkan beel palsy
atau semacam rasa baal, kebas dan tebal pada muka efek jangka panjangnya adalah
kelumpuhan syaraf perifer di wajah kita. Pada mata kan menyababkan pandangan
kabur dan ketulian pada telinga. Belum lagi kalau kita nggak pake helm sambil
ngobrol terus ada entah lebah, belalang atau kumbang bisa saja masuk ke dalam
mulut kita. Beuh, tambah vitamin aja nie.
Bulan desember,
kata orang jawa ini adalah bulan “geDE – gede ning SuMBER”. Dan memang benar
sumber air alias hujan memang sedang gede – gedenya. Buat pengusaha laundry
bulan – bulan seperti ini adalah bulan berkah. Karena banyak cucian nggak
kering, jadi banyak orang yang memilih melaundry kan bajunya. Dan jadi bulan
yang penuh rejeki buat penjual jas hujan. Kenapa tidak, bagi mereka yang biasa
beraktivitas dengan kendaraan roda dua pasti jas hujan menjadi penolong saat
harus menerobos jalan dengan air yang terus menerus mengguyur. Tapi sebagian
orang, biasanya anak remaja sih lebih senang naik montor sambil hujan – hujanan
jadi lebih dramatis. Apalagi bagi mereka yang sedang memadu kasih, boncengan
bersama saat hujan itu romantis katanya.
Kemarin sore,
cuaca di kota tempat ku tinggal cukup dingin. Dari pagi tidak ada cahaya
matahari, mendung menggantung mewarnai hari. Pada waktu pulang dan beranjak
menjemput ibu ke tempat kerjanya langit makin suram saja. Baru masuk pintu parker
air hujan sudah menetes, pelan – pelan dan semakin sering. Langsung tancap gas
sampai di depan jalan yang pemiliki kanopi,biasanya disana aku menjemput ibu. Begitu
ibu menghampiriku tanpa tunggu komando aku langsung membuka bagasi dan
mengeluarkan 2 stel jas hujan, untuk ku dan ibu. Hujan makin deras, namun
mengingat hari yang makin sore kami terobos hujan. Tapi bukan itu masalah
utamanya sobat – sobat sekalian.
Saat kami
melintasi jalan montor kami disalip oleh orang yang berboncengan naik Honda CBR
warna merah. Mereka pakai helm, namun tidak memakai jaket apalagi jas hujan. Mereka
melaju di depanku dan satu hal yang menarik pandanganku. Sang pemboceng adalah
cewek mungkin usianya 20 tahunnya. Dengan rambut berwarna coklat semu kemerahan
yang dibiarkan terurai bebas. Dia memakai blazer hitam namun sepertinya dia
tidak memakai dalaman. Tubuhnya langsing, namun karena model blazer dan montor
yang dinaiki jok nya nungging alias meninggi kebelakang ditambah angin yang
bertiup kencang membuat bagian belakang bajunya membuka. Kalau dalam bahasa
jawa “ nyingkap” sehingga dari atas pantat sampai hamper setengah punggungnya
terekspose.
![]() |
kira - kira boncengannya kayak gini |
Lumayan lah,
jadi obat ngantuk untuk para pengendara lain dibelakangnya. Toh, kulit si cewek
ini putih mulus. Namun pada waktu itu hujan cukup deras, saya justru kasian
padanya. Mungkin memang belazer yang dia pakai sedang trend. Beberapa waktu
sebelumnya saya sering liat blazer model seperti itu dijajakan di lapak on-line
shop dengan trade mark “blazer korea”. Tidak kalah dengan sang cewek cowok yang
memboncengkan hanya memakai kaos dan celana pendek jeans. Mungkin menurut
mereka dandanan mereka gaya, dengan body tubuh yang demikian serta montor yang
keren. Hal tersebut malah membuat saya iba, dengan tubuh yang baik yang Tuhan
beri kenapa tidak mereka jaga.
Saya yang naik
montor, sudah pake jaket kulit, celana jenas panjang dan di rangkap dengan jas
hujan personal (setelan jas hujan baju dan celana) saja masih merasakan dingin.
Sampai rumah langsung ganti baju dan mencari air hangat. Untuk menghangatkan
badan, lalu bagaimana dengan mereka. Dan saya bisa pastikan mereka tidak melaju
dengan pelan. Saya saja ada dibelakang
mereka dengan kecepatan 70 km/jam. Bisa dibayangkan seberapa besar tekanan
angin dan air hujan yang langsung mengenai tubuh mereka (ingat pelajaran fisika
jaman SMP dulu). Ketika hujan dan kita malaju dengan kencang, bukankah air
hujan yang jatuh mengenai tubuh kita jadi terasa perih, seperti dilempar
kerikil – kerikil kecil ke tubuh. Itu yang saya rasakan ketika menerobos hujan,
dan air hujan mengenai punggung telapak tangan saya.
So, guys…
mensyukuri tubuh yang Tuhan beri bukan hanya dengan memuji atau menunjukan
keindahannya saja. Menjaganya adalah hal yang lebih penting untuk kita lakukan.
Karena dengan menjaga tubuh ini tetap sehat maka kita juga dapat menggunakan
tubuh ini untuk berbuat banyak manfaat bagi sesame.
Semarang, 25 Desember
2013